Selasa, 17 Mei 2011

Harga Cabai di Kerinci Anjlok

Tribun Jambi - Jumat, 13 Mei 2011 21:21 WIB

Laporan wartawan Tribun Jambi, Edi Januar
SUNGAIPENUH, TRIBUNJAMBI.COM - Sejak beberapa pekan terakhir harga cabai di Kota Sungaipenuh terus turun. Hal ini membuat petani cabai di Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh mengeluh, hasil penjualan tak lagi bisa menutup biaya produksi.

Petani cabai di Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Suryadi, saat dikonfirmasi mengakui hal tersebut. Ia mengatakan harga cabai saat sudah terlalu murah, mereka terpaksa menjadi kuli tani untuk menutup kebutuhan rumah tangga sehari-hari.

"Modal yang dikeluarkan cukup besar, sementara saat panen harganya sangat mengecewakan. Untuk menutupi biaya produksi, saya terpaksa menjadi kuli tani di tempat lain," ujar Suryadi, saat dikonfirmasi Tribun, Jumat (13/5) kemarin.

Hal senada juga disampaikan petani cabai lainnya, Karya. Ia mengatakan harga penjualan cabai kurang dari Rp 10 ribu per kilogram. "Kami menjual cabai kepada pedagang seharga Rp 5 ribu per kilogram, padahal bulan lalu kami menjual ke pedagang dengan harga yang agak lebih mahal yaitu Rp 7 ribu per kilogram," ungkap Karya dengan wajah kecewa.

Sementara itu harga pupuk dan obat cabai juga sangat mahal, lanjutnya. Walaupun berlabel pupuk bersubsidi, tapi harganya sangat mahal dan mendapatkannya juga sulit. "Kalau harga pupuk tetap semahal itu, kami tidak bisa mengembalikan biaya produksi," tegas Karya.

Senada, pedagang cabai di Pasar Tanjung Bajure, Eti Nafrida, mengatakan harga cabai yang sudah terlalu murah bila dibandingkan bulan lalu. "Bulan kemarin harga cabai masih mencapai Rp 10 ribu per kilogram, tapi untuk bulan ini harga cabai sudah turun dengan harga sekarang Rp 7 ribu," ungkapnya.

Menurutnya, harga cabai bisa dikatakan normal jika harga tersebut berkisar antara Rp 20 ribu sampai Rp 25 ribu per kilo. "Kalau sekarang tidak normal lagi, malah harga tersebut sangat murah," pungkasnya.

Di lain pihak, anjloknya harga cabai menyebabkan beberapa petani enggan mengurus ladang cabai milik mereka, bahkan ada yang dibiarkan begitu saja. "Saya sangat kecewa dengan harga cabe sekarang, harganya sudah terlalu murah, sehingga saya merasa malas untuk mengurus ladang saya," kata Suryadi.

Penulis : edijanuar
Editor : ridwan
Sumber : Tribun Jambi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar